KEWIRAUSAHAAN KEPALA SEKOLAH - MADARASAH

KEWIRAUSAHAAN KEPALA SEKOLAH - MADARASAH


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah/madrasah  menegaskan bahwa seorang kepala sekolah/madrasah   harus memiliki lima dimensi kompetensi minimal yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. 

Salah satu dimensi kompetensi kepala sekolah /madrasah adalah kewirausahaan. Kewirausahaan di sini dalam makna untuk kepentingan pendidikan yang bersifat sosial bukan untuk kepentingan komersial. Kewirausahaan dalam bidang pendidikan yang diambil adalah karakteristiknya (sifatnya) seperti inovatif, bekerja keras, motivasi yang kuat, pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik, dan memiliki naluri kewirausahaan; bukan mengkomersilkan sekolah/madrasah. Semua karakteristik tersebut bermanfaat bagi Kepala sekolah/madrasah dalam mengembangkan sekolah/madrasah, mencapai keberhasilan sekolah/madrasah, melaksanakan  tugas pokok dan fungsi sebagai pemimpin, menghadapi kendala sekolah/madrasah, dan mengelola kegiatan sekolah/madrasah sebagai sumber belajar siswa.        Berikut disampaikan secara ringkas tentang definisi kewirausahaan, tujuan kewirausahaan, karakteristik/dimensi kewirausahaan, cara mengembangakan kewirausahaan, dan ringkasan, yang kesemuanya dipetik dari makalah yang ditulis oleh Slamet PH (2010) dengan judul “Pengembangan Jiwa Kewirausahaan” yang disampaikan dalam penataran pengawas sekolah yang diselenggarakan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan.

Definisi Kewirausahaan                                                                      
Yang dimaksud dengan kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru secara kreatif/inovatif dan kesanggupan hati (qolbu) untuk mengambil resiko atas keputusan hasil ciptaannya serta melaksanakannya secara terbaik (sungguh-sungguh, ulet, gigih, tekun, progresif, pantang menyerah, dsb.) sehingga nilai tambah yang diharapkan dapat dicapai. Jadi, seorang wirausahawan memiliki kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang belum pernah dipikirkan oleh orang lain (prinsip kreatif dan inovatif) dan hasilnya adalah buah pikiran yang asli dan bukannya replikasi, baru dan bukannya meniru, memberi kontribusi dan bukannya membuat rugi. Catatan: kreatif berarti menghasilkan daya cipta karena belum pernah ada sebelumnya; inovatif berarti memperbaiki/memodifikasi/mengembangkan sesuatu yang sudah ada. Selain kemampuan kreatif/inovatif, seorang wirausahawan juga memiliki kesanggupan hati (qolbu) yang ditunjukkan oleh: (1) tumbuhnya tindakan atas kehendak sendiri dan bukan karena pihak lain; (2) progresif dan ulet, seperti tampak pada usaha mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan dan mewujudkan harapan-harapannya; (3) berinisiatif, yakni mampu berpikir dan bertindak secara asli/orisinal/baru, kreatif dan penuh inisiatif; (4) pengendalian dari dalam, yakni kemampuan mengendalikan diri dari dalam, kemampuan mempengaruhi lingkungan atas prakarsanya sendiri; dan (5) kemantapan diri, yang ditunjukkan oleh harga diri dan percaya diri. Ringkasnya, siapapun yang memiliki jiwa kewirausahaan akan menjadi agen perubahan yang mampu dan sanggup mentransformasi sumberdaya yang ada di sekitarnya untuk memperoleh nilai tambah yang menguntungkan, baik secara ekonomi maupun non-ekonomi, pribadi maupun organisasi/masyarakat.
        
Tujuan Pengembangan Kewirausahaan
        Kualitas kewirausahaan merupakan salah satu dimensi penting kualitas manusia, akan tetapi kewirausahaan sebagai peluang karir kurang memperoleh perhatian dan bahkan terasa dikesampingkan dalam sistem pendidikn kita. Oleh karena itu, lemahnya kewirausahaan generasi muda dapat dimengerti karena kurang memperoleh tempat dalam kebijakan pendidikan nasional. Padahal, kewirausahaan mengajarkan cara-cara berpikir kreatif, inovatif, positif, dan menggerakan hati nurani untuk lebih proaktif, properubahan, mendorong keingintahuan, ulet, gigih, berani mengambil resiko, dan mengajarkan peserta didik tentang pentingnya prakarsa (keberanian moral) untuk melakukan hal-hal baru yang belum pernah dilakukan, akan tetapi akan membawa nilai tambah serta keuntungan yang lebih besar. Maka, kedepan, pendidikan jiwa kewirausahaan sudah merupakan keniscayaan untuk diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah, hingga sampai perguruan tinggi.
        Sebagai tambahan, kewirausahaan itu untuk siapa saja yang ingin menjadi wirausaha sukses dan memperoleh keuntungan darinya (ekonomi dan/atau non-ekonomi, material dan/atau non-material). Kewirausahan itu bukan hanya miliknya para pengusaha, akan tetapi milik siapa saja, termasuk kepala sekolah, pengawas dan bahkan menteri sekalipun karena mereka juga dapat disebut sebagai wirausaha jika mereka sukses dalam pekerjaannya. Kebetulan, yang banyak mempraktekkan kewirausahaan adalah para pengusaha karena mereka tahu manfaatnya, akan tetapi bukan berarti bahwa kewirausahaan hanya milik pengusaha.
Karakteristik/Dimensi-Dimensi Kewirausahaan
         Ada dua jenis karateristik atau dimensi kewirausahaan yaitu: (1) kualitas dasar kewirausahaan, yang meliputi kualitas daya pikir, daya hati/qolbu, dan daya pisik; dan (2) kualitas instrumental kewirausahaan, yaitu penguasaan lintas disiplin ilmu. Berikut dijabarkan seperlunya tentang dua karakteristik/dimensi kewirausahaan yang dimaksud.

1.  Kualitas Dasar Kewirausahaan
a.  Daya Pikir
Kualitas dasar daya pikir kewirausahaan memiliki karakteristik/dimensi-dimensi sebagai berikut: berpikir kreatif; berpikir inovatif; berpikir asli/baru/orisinil; berpikir divergen; berpikir mengembangkan; pionir berpikir; berpikir menciptakan produk dan layanan baru; memikirkan sesuatu yang belum pernah dipikirkan oleh orang lain; berpikir sebab-akibat; berpikir lateral; berpikir sistem; berpikir sebagai perubah (agen perubahan); berpikir kedepan (berpikir futuristik); berintuisi tinggi; berpikir maksimal; terampil mengambil keputusan; berpikir positif; dan versalitas berpikir sangat tinggi.
b.  Daya Qolbu/Hati
Kualitas dasar daya hati/qolbu kewirausahaan memiliki karakteristik/dimensi-dimensi sebagai berikut: prakarsa/inisiatif tinggi; ada keberanian moral untuk mengenalkan hal-hal baru; proaktif, tidak hanya aktif apalagi hanya reaktif; berani mengambil resiko; berani berbeda; pro perubahan dan bukan pro kemapanan; kemauan, motivasi, dan spirit untuk maju sangat kuat; memiliki tanggungjawab moral yang tinggi; hubungan interpersonal bagus; berintegritas tinggi; gigih, tekun, sabar, dan pantang menyerah; bekerja keras; berkomitmen tinggi; memiliki kemampuan untuk memobilisasi orang lain; melakukan apa saja yang terbaik; melakukan perbaikan secara terus menerus; mau memetik pelajaran dari kesalahan, dari kesuksesan, dan dari praktek-praktek yang baik; membangun teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan lincah; percaya diri; pencipta peluang; memiliki sifat daya saing tinggi, tetapi mendasarkan pada nilai solidaritas; agresif/ofensif; sangat humanistik dan hangat pergaulan; terarah pada tujuan akhir, bukan tujuan sesaat; luwes dalam pergaulan; selalu menginginkan tantangan baru; selalu membangun keindahan cita rasa melalui seni (kriya, musik, suara, tari, lukis, dsb.); bersikap mandiri akan tetapi supel; tidak suka mencari kambing hitam; selalu berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai tambah sumberdaya; terbuka terhadap umpan balik; selalu ingin mencari perubahan yang lebih baik (meningkatkan/mengembangkan); tidak pernah merasa puas, terus menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya; dan keinginan menciptakan sesuatu yang baru.
c.  Daya Pisik
Kualitas dasar daya pisik/raga kewirausahaan memiliki karakteristik/ dimensi-dimensi sebagai berikut: menjaga kesehatan secata teratur; memelihara ketahan/stamina tubuh dengan baik; memiliki energi yang tinggi; dan keterampilan tubuh dimanfaatkan demi kesehatan dan kebahagiaan hidup.

2.   Kualitas Instrumental Kewirausahaan
        Jika seseorang ingin menjadi wirausahawan sukses, maka selain memiliki kualitas dasar kewirausahaan sebagaimana diuraikan sebelumnya, dia harus juga memiliki kualitas instrumental kewirausahaan yang kuat yaitu penguasaan disiplin ilmu, baik mono disiplin ilmu, antar disiplin ilmu, maupun lintas disiplin ilmu. Kewirausahaan bukanlah sekadar mono-disiplin (ekonomi, matematika, manajemen, dsb.) dan juga bukan hanya antar disiplin ilmu (manajemen perusahaan, ekonomi pertanian, psikologi industri, dsb.), akan tetapi juga lintas disiplin ilmu (lingkungan hidup, kependudukan, dsb.).
        Seseorang yang ingin menjadi wirausahawan sukses tidak cukup hanya memiliki kualitas dasar kewirausahaan, akan tetapi yang bersangkutan harus juga memiliki kualitas instrumental kewirausahaan (penguasaan disiplin ilmu). Misalnya, seorang kepala sekolah, pengawas, atau kepala dinas pendidikan kabupaten/kota, harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas di bidang pekerjaan yang menjadi kewenangan dan tanggungjawabnya. Misalnya, mereka harus memiliki ilmu-ilmu berikut yaitu: ilmu pendidikan, teori perubahan, kebijakan pendidikan nasional dan daerah, manajemen pendidikan, pengembangan organisasi pendidikan, pengembangan administrasi pendidikan, perencanaan pendidikan, regulasi pendidikan, kepemimpinan pendidikan, komunikasi dan jejaring pendidikan, supervisi pendidikan (pembelajaran, manajemen sekolah, dsb.), dan akreditasi sekolah.
        Jika seseorang ingin menjadi wirausahawan sebagai pengusaha, dia harus memiliki ilmu-ilmu sebagaiberikut: manajemen produksi (proses produksi, rencana produksi, riset dan pengembangan produksi), manajemen pemasaran (perebutan pelanggan, rencana pemasaran, riset pasar dan pemasaran), manajemen sumberdaya manusia, manajemen keuangan, manajemen peralatan dan perbekalan, prinsip-prinsip akuntansi, manajemen transaksi, dan inti manajemen (general manager).
        Karateristik/dimensi-dimensi kewirausahaan yang telah disebutkan di atas semuanya sangat diperlukan oleh kepala sekolah, namun materi pelatihan ini hanya dibatasi pada dimensi-dimensi berikut (sesuai Permendiknas 13/2007): kreativitas untuk selalu mencari solusi terbaik, inovasi, bekerja keras, dan motivasi tinggi serta pantang menyerah. Naluri kewirausahaan menyangkut semua sifat-sifat di atas.

Cara-Cara Mengembangkan Kewirausahaan
        Cara-cara mengembangkan kewirausahaan dilakukan melalui pentahapan sebagai berikut. Pertama, melakukan evaluasi diri tentang tingkat/level kepemilikan kewirausahaan. Ini dapat dilakukan melalui pengisian daftar kualitas kewirausahaan atau menjawab sejumlah pertanyaan tentang kewirausahaan yang dilakukan setulus-tulusnya dan sejujur-jujurnya (lihat Lampiran tentang Instrumen Profil Diri Kualitas Dasar Kewirausahaan, oleh Slamet PH). Hasil pengisian daftar/jawaban tersebut berupa profil diri kewirausahaan. Kedua, berdasarkan hasil evaluasi diri (profil diri jiwa kewirausahaan), selanjutnya ditempuh melalui berbagai upaya yang disebut “belajar”. Ketiga, mempelajari kewirausahaan dapat dilakukan melalui berbagai upaya, misalnya: berpikir sendiri (otak kita kaya untuk berpikir), membaca (buku, jurnal, internet/web-site), magang, kursus pendek, belajar dari wirausahawan sukses, pengamatan langsung dilapangan, dialog dengan wirausahawan sukses, mengikuti seminar, mengundang wirausahawan sukses, menyimak acara-acara kewirausahaan di televisi,  atau cara-cara lain yang dianggap tepat bagi dirinya untuk mempelajari kewirausahaan.

Manfaat kompetensi kewirausahaan bagi Kepala sekolah/madrasah
Manfaat kompetensi kewirausahaan bagi Kepala sekolah/madrasah adalah:
1.  mampu menciptakan kreativitas dan inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan sekolah/madrasah,
2.  bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif,
3.  memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai kesuksesan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah/madrasah,
4.  pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala sekolah/madrasah,
5.  memiliki naluri kewirausahaan sebagai sumber belajar siswa, dan
6.  menjadi teladan bagi guru dan siswa di sekolahnya, khususnya mengenai kompetensi kewirausahaan.   
Kepala sekolah/madrasah sebagai seorang wirausahawan yang sukses harus memiliki tiga kompetensi pokok yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap/sifat kewirausahaan. Ketiga kompetensi tersebut saling berkaitan.

Kompetensi merupakan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap/sifat. Pengetahuan adalah kumpulan informasi yang disimpan di otak dan dapat dipanggil jika dibutuhkan. Keterampilan adalah kemampuan menerapkan pengetahuan. Sifat/sikap adalah sekumpulan kualitas karakter yang membentuk kepribadian seseorang (Anonim 4, 2005). Seseorang yang tidak memiliki ketiga kompetensi tersebut akan gagal sebagai wirausahawan yang sukses.
Keterampilan-keterampilan (skills) yang dibutuhkan oleh seorang wirausahawan menurut Hisrich & Peters (2002) adalah keterampilan teknikal, manajemen bisnis, dan jiwa kewirausahaan personal. Keterampilan teknikal meliputi: mampu menulis, berbicara, mendengar, memantau lingkungan, teknik bisnis, teknologi, mengorganisasi, membangun jaringan, gaya manajemen, melatih, bekerja sama dalam kerja tim (teamwork). Manajemen bisnis meliputi: perencanaan bisnis dan menetapkan tujuan bisnis, pengambilan keputusan, hubungan manusiawi, pemasaran, keuangan, pembukuan, manajemen, negosiasi, dan mengelola perubahan. Jiwa wirausahawan personal meliputi: disiplin (pengendalian diri), berani mengambil risiko diperhitungkan, inovatif, berorientasi perubahan, kerja keras, pemimpin visioner, dan mampu mengelola perubahan.

Adapun beberapa Tokoh-tokoh wirausahawan yang sukses di bidang pendidikan antara lain adalah Raden Ajeng Kartini yang berupaya keras pada jamannya merintis kesadaran tentang hak kaum perempuan, KI Hajar Dewantoro dengan Taman Siswa, Ciputra dengan Universitas Entrepreneurship, dan pendiri sekolah Global Jaya.    






No comments

Post a Comment

Silahkan Berikan Saran

Info Kurikulum Merdeka

Info Kurikulum Merdeka
Info Kurikulum Merdeka

Search This Blog

Social Media

Facebook  Twitter  Instagram  Google News   Telegram  

Popular Posts



































Free site counter