Skenario Pemberangkat Jemaah Haji Indonesia Jika Jadi Diberangkatkan. Kementerian Agama telah menyusun skenario alur pergerakan jemaah, jika ada pemberangkatan haji 1442 H/2021 M. Alur pergerakan tersebut dirumuskan sebagai bagian dari mitigasi penyelenggaraan haji yang telah disiapkan pemerintah.
"Sampai hari ini kita
belum memiliki kepastian pemberangkatan jemaah haji. Tapi kita terus berharap
agar kita dapat memberangkatkan jemaah haji. Karenanya kami terus mempersiapkan
berbagai skenario serta mitigasinya, termasuk alur pergerakan jemaah, jika ada
pemberangkatan," ungkap Sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Kemenag Ramadan Harisman dalam Bahtsul Masail
tentang Haji di Masa Pandemi, yang digelar di Ciawi, Bogor, Selasa (27/4/2021).
"Penyelenggaraan haji
di masa pandemi memerlukan beberapa penyesuaian. Terutama karena
diberlakukannya protokol kesehatan," sambungnya.
Menurut Ramadan, alur
pergerakan jemaah disusun dengan tujuan untuk memastikan keselamatan dan
keamanan jemaah, bila pemberangkatan haji dilakukan. "Alur pergerakan ini
meliputi delapan tahapan yang harus dilalui jemaah selama melaksanakan ibadah
haji," jelas Ramadan.
Pertama, jemaah haji wajib
divaksin. "Sebelum melaksanakan proses rangkaian ibadah haji, setiap
jemaah haji wajib menjalankan dua vaksinasi. Yaitu, vaksinasi covid-19 dan
meningitis," ujar Ramadan.
"Untuk vaksinasi
covid-19, saya berharap Kabid PHU di tiap provinsi harus memastikan jemaah haji
yang akan berangkat sudah divaksin. Apalagi saat ini, Kemenkes telah menetapkan
jemaah haji sebagai kelompok rentan sehingga bisa mendapat prioritas penerima
vaksin Covid-19," lanjutnya.
Kedua, Karantina Asrama
Haji. Selama berada di asrama haji, jemaah haji menjalani karantina selama 3 x
24 jam. "Saat tiba di asrama haji, jemaah akan menjalani swab
antigen," jelas Ramadan.
Pada hari ketiga, dilakukan
tes PCR Swab kembali bagi jemaah. Jika hasilnya negatif, jemaah haji berangkat
ke Arab Saudi. Jika hasilnya positif, akan dilakukan isolasi mandiri di asrama
haji
Ketiga, Karantina Hotel di Makkah.
"Karena kita kemungkinan memberangkatkan hanya sedikit jemaah, maka
semuanya nanti akan turun di Jeddah," jelas Ramadan.
Selanjutnya, di Makkah,
jemaah haji dikarantina selama 3 x 24 jam di hotel dengan kapasitas maksimal
dua orang per kamar. "Setelah dikarantina selama 3 x 24 jam, jemaah haji
akan tes PCR Swab kembali. Jika hasilnya negatif, pada hari ke-4 jemaah bisa
melaksanakan umrah. Jika hasilnya positif, akan dilakukan isolasi mandiri pada
hotel di Makkah," ujar Ramadan.
Keempat, Miqat dengan
Protokol Kesehatan. Jemaah haji yang akan melaksanakan umrah wajib
diberangkatkan dengan menggunakan bus menuju tempat miqat dengan mengikuti
protokol kesehatan yang ditentukan Pemerintah Saudi.
Kelima, Umrah Wajib dan
Thawaf Ifadlah. Selama di Makkah, selain umrah wajib dan thawaf Ifadhah di
Masjidil Haram, jemaah diberikan kesempatan ke Masjidil (3 kali kesempatan)
dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
"Ini juga kita akan
betul-betul perhatikan, karena saat ini memasuki Masjidil Haram juga perlu
memperhatikan ketentuan yang ditetapkan," ujar Ramadan.
"Sementara pergerakan
jemaah saat puncak ibadah haji akan menyesuaikan dengan ketentuan di Arab
Saudi," imbuhnya.
Keenam, Jemaah di Madinah.
Selesai melakukan seluruh proses haji di Makkah, jemaah akan diberangkatkan ke
Madinah. Tiba di madinah, jemaah ditempatkan pada hotel-hotel yang telah
ditentukan dengan komposisi satu kamar maksimum ditempati dua orang. Jemaah
akan tinggal di Madinah selama tiga hari, sehingga tidak ada pelaksanaan shalat
Arbain.
"Skenario yang kami
susun, kalau ada pemberangkatan jemaah haji, tidak akan ada Arbain. Karena di
Madinah hanya tiga hari. Ini perlu diberikan penjelasan kepada jemaah
kita," jelas Ramadan.
Ketujuh, PCR Swab sebelum
pulang ke Tanah Air. Pada hari ke-4, jemaah haji akan dipulangkan ke Tanah Air
melalui bandara Madinah. "Sebelum jemaah haji dipulangkan ke Tanah Air,
akan dilakukan kembali tes PCR Swab. Jika hasilnya negatif, jemaah haji dipulangkan
ke Tanah Air. Jika hasilnya positif, akan dilakukan isolasi mandiri pada hotel
di Madinah," kata Ramadan.
Kedelapan, sebagai tahapan
terakhir adalah swab antigen setibanya di Tanah Air. Setibanya di tanah air,
dilakukan tes Swab Antigen bagi jemaah haji. Tes swab Antigen akan dilakukan di
Asrama Haji. Jika hasilnya negatif, jemaah haji dipulangkan ke daerah
masing-masing dan melakukan karantina mandiri di rumah. Jika hasilnya positif,
akan dilakukan isolasi mandiri di asrama haji.
"Kesimpulannya, selama
proses penyelenggaraan haji, jemaah dan petugas wajib menerapkan protokol
kesehatan. Memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari
kerumunan, serta membatasi interaksi dan mobilitas," tegas Ramadan.
Bahtsul Masail Perhajian
yang mengangkat tema “Manasik Haji di Masa Pandemi” ini berlangsung tiga hari,
27-29 April 2021, di Ciawi, Bogor.
Bahtsul Masail ini
melibatkan ahli fikih dan syariah, ahli kesehatan, perwakilan ormas Islam (NU,
Muhammadiyah, Persis, Al-Wasliyah), perwakilan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
dan Umrah (KBIHU), akademisi, Asosiasi Haji Khusus, Forum Komunikasi Alumni
Petugas Haji Indonesia (FKAPHI), Forum Dekan Fak Dakwah UIN/IAIN se-Jawa, dan
Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah se-Indonesia.
Demikian informasi tentang Skenario
Pemberangkat Jemaah Haji Indonesia Jika Jadi Diberangkatkan. Semoga ada manfaatnya. (Sumber: Kemenag.go.id)
No comments
Post a Comment