Info
RIWAYAT HIDUP IBNU SIRIN
RIWAYAT HIDUP IBNU SIRIN |
Pada tahun 722 M oleh seorang Muslim generasi
awal sekaligus perawi Hadits. Ia adalah Abu Bakar bin Urwan, Muhammad Ibnu
Sirin, seorang tabi’in agung, Al-Bashri Al-Nashari atas dasar pemilik (artinya,
ia disebut Al-Anshari karena ia adalah hamba milik salah seorang sahabat
Anshar). Ayahnya adalah hamba Anas. Syaikh Muhammad Ibnu Sirin nama lengkapnya
Imam Muhammad Ibnu Sirin atau sering disebut Ibnu Sirin saja.
Muhammad Ibnu Sirin Al-Bashri dilahirkan di
kota Bashrah, Iraq, pada 33 H (653 M). Imam Ibnu Sirin adalah seorang penulis
termasyhur dan ulama terhormat dimasa hidupnya. Ia hidup di abad pertama
kekhalifahan Islam dan belajar fiqh serata hadits dari tangan para pengikut
pertama sahabat-sahabat Rasulullah saw. di antara tokoh-tokoh yang sezaman
dengannya adalah Imam Anas Ibnu Malik, Al-Hasan Ibnu Al-Hasan Al-Bashri, Ibnu
Awn, Al-Fudhayl Ibnu Iyadh, dan banyak tokoh lainnya.
Di Irak, dimana di sana dia menjadi seorang
ahli Fiqih (Hukum) utama dan ahli Hadits di antara murid-murid para sahabat
Rasulullah SAW. Beliau terkenal dalam bidang fiqh, wara’, hadits, dan ta’bir.
Muhammad Ibnu Sirin pada dua tahun menjelang
berakhirnya pemerintahan Utsman Bin Affan r.a., pada tahun 33 H, tumbuh dalam
pangkuan dan bimbingan Anas. Ia adalah seorang pedagang kain. Ia mempelajari
Al-Qur’an, belajar dan menghafal banyak hadits, dan ia adalah seorang yang
teliti serta kuat daya hafalnya. Ia meriwayatkan hadits, satu per satu
huruf-huruf dadits. Ia adalah orang yang saleh dan ahli fiqh yang sempat
melihat tiga puluh orang sahabat.
Kata Khalid Al-Hadzdza : “Semua yang
diterangkan oleh Muhammad Ibnu Sirin, bahwa dia mendengarnya dari Ibnu ‘Abbas,
maka sebenarnya dia mendengar dari Ikrimah. Ibnu ‘Aun berkata : “Ibnu Sirin
meriwayatkan hadits persis menurut hafalannya. Sedangkan Muwarriq berpendapat
bahwa tak pernah saya menihat orang yang lebih pandai dalam ilmu fiqh selain
dari Muhammad Ibnu Sirin yang dilandasi oleh wara.
Muriq Al-‘Ujali pernah perkata : “Aku belum
pernah melihat seseorang yang lebih bijak dalam kesalihannya atau lebih alim
dalam ilmunya dari pada Muhammad Ibnu Sirin.”
Dalam kamus biografinya, Khayruddin Az-Zareki
menggambarkan Imam Muhammad Ibnu Sirin yang soleh, bertaqwa kepada Allah, dan
seorang mukmin yang kuat, tuan rumah yang pemurah dan sahabat yang bisa
dipercaya. Selain itu, Muhammad Ibnu Sirin adalah periang dan pandai bergaul.
Keberadaannya dapat diterima di hati para ulama dan penuntut ilmu, dan ia
menduduki puncak kepemimpinan pada masanya. Muhammad bin Sa’ad berkata, “Ia
adalah orang terpercaya, terhormat, tinggi kedudukannya, ahli fikih, pemimpin,
dan luas ilmunya.
Ibn Zuhyr pernah berkata :” setiap kali kata
kematian disebutkan dihadapan Ibnu Sirin berbaring menjelang kematiannya
disebutkan dihadapan Ibnu Sirin, seluruh tubuhnya bergetar.” Ketika Imam Ibnu
Sirin berbaring menjelang kematiannya, ia berkata pada anak laki-lakinya :”
anakku !” anaknya menjawab :” wahai ayahku, apakah aku harus membebaskan seorang
budak atas nama kuasa memberi aku dan engkau apa-apa yang baik yang engkau
lakukan atas namaku.” Imam Ibnu Sirin wafat dikota basrah pada 110 H (729 M)
diusia tujuh puluh enam.
Referensi
·
Yadi
Purwanto, Memahami Mimpi Perseptif Psikologi Islami, (Jogjakarta: Menara Kudus,
2003)
·
Hasbi
Ash-Shidiqi, Sejarah Ilmu Hadits, (Jakarta ; Bulan Bintang, 1991), hal. 298
·
Ajal
Al-Khathib, Hadits Nabi Sebelum Dibukukan, (Jakarta ; Gema Insani, 1999), hal.
556
·
Ibnu
Sirin (Editor : Muhammad M. Al-Akili), Ensiklopedia Takwil Mimpi Islam Ibnu
Sirin, (Bandung ; Pustaka Hidayah, 1997), hal. XI
No comments
Post a Comment