Info
JANGAN TERTUKAR ANTARA KALIMAT SUBHANALLAH DENGAN MASYA ALLAH
Ungkapan dzikir atau kalimah thayyibah “Subhanallah” sering tertukar dengan ungkapan “Masya Allah”. Ucapkan “Masya Allah” kalau kita merasa kagum. Ucapkan “Subhanallah” jika melihat keburukan.
Selama ini kaum Muslim sering “salah kaprah” dalam mengucapkan
Subhanallah (Mahasuci Allah), tertukar dengan ungkapan Masya Allah (Itu
terjadi atas kehendak Allah). Kalau kita takjub, kagum, atau mendengar hal baik
dan melihat hal indah, biasanya kita mengatakan Subhanallah. Padahal,
seharusnya kita mengucapkan Masya Allah yang bermakna “Hal itu
terjadi atas kehendak Allah”.
Sebagaiman diungkapkan Oleh: K. H. Muhammad Arifin Ilham
dalam Arrahmah.com Ungkapan Subhanallah tepatnya digunakan untuk mengungkapkan
“ketidaksetujuan atas sesuatu”. Misalnya, begitu mendengar ada keburukan,
kejahatan, atau kemaksiatan, kita katakan Subhanallah (Mahasuci Allah
dari keburukan demikian).
Ucapan Masya Allah
Masya Allah artinya “Allah telah berkehendak akan
hal itu”. Ungkapan kekaguman kepada Allah dan ciptaan-Nya yang indah lagi baik.
Menyatakan “semua itu terjadi atas kehendak Allah”.
Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat hal
yang baik dan indah. Ekspresi penghargaan sekaligus pengingat bahwa semua itu
bisa terjadi hanya karena kehendak-Nya.
“Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki
kebunmu, ‘Maasya Allah laa quwwata illa billah‘ (sungguh atas kehendak Allah
semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya
kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan?” (QS.
Al-Kahfi: 39).
Ucapan Subhanallah
Saat mendengar atau melihat hal buruk/jelek, ucapkan Subhanallah sebagai
penegasan: “Allah Mahasuci dari keburukan tersebut”.
Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Suatu hari aku berjunub
dan aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berjalan
bersama para sahabat, lalu aku menjauhi mereka dan pulang untuk mandi junub.
Setelah itu aku datang menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau bersabda: ‘Wahai Abu Hurairah, mengapakah engkau malah pergi ketika kami
muncul?’ Aku menjawab: ‘Wahai Rasulullah, aku kotor (dalam keadaan junub) dan
aku tidak nyaman untuk bertemu kalian dalam keadaan junub. Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Subhanallah, sesungguhnya mukmin
tidak najis.” (HR. Tirmizi)
“Sesungguhnya mukmin tidak najis” maksudnya, keadaan
junub jangan menjadi halangan untuk bertemu sesama Muslim. Dalam Al-Quran,
ungkapan Subhanallah digunakan dalam menyucikan Allah dari hal yang
tak pantas (hal buruk), misalnya: “Mahasuci Allah dari mempunyai anak, dari apa
yang mereka sifatkan, mereka persekutukan”, juga digunakan untuk mengungkapkan
keberlepasan diri dari hal menjijikkan semacam syirik.” (QS. 40-41).
Jadi, kesimpulannya, ungkapan Subhanallah dianjurkan
setiap kali seseorang melihat sesuatu yang tidak baik, bukan yang baik-baik
atau keindahan. Dengan ucapan itu, kita menegaskan bahwa Allah Subahanahu wa
Ta’ala Maha Suci dari semua keburukan tersebut.
Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat yang
indah, indah karena keindahan atas kuasa dan kehendak Allah Ta’ala. Lalu,
apakah kita berdosa karena mengucapkan Subhanallah, padahal
seharusnya Masya Allah dan sebaliknya? Insyaa Allah tidak.
Allah Maha Mengerti maksud perkataan hamba-Nya. Hanya saja, setelah tahu, mari
kita ungkapkan dengan tepat antara Subhanallah dan Masya Allah. Wallahu
a’lam bish-shawabi.
No comments
Post a Comment